Pengertian
Waralaba atau Franchising (dari bahasa Prancis untuk kejujuran atau kebebasan) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan.
Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa[3].
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah:
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Dalam sebuah sistem franchise harus memiliki tiga elemen dasar yang kuat, yaitu:
Brand
Kekuatan brand merupakan asset paling mendasar dalam sebuah sistem franchise, karena pada dasaranya brand adalah representasi dari keberadaan produk atau jasa yang menjadi obyek sebuah unit bisnis. Semakin kuat brandnya, maka semakin besar potensi bisnis yang diwakilinya. Pada akhirnya, produk franchise dengan brand yang kuat mempunyai peluang untuk berhasil dalam bisnis. Dalam menilai kekuatan brand dapat dilihat dari parameter sebagai berikut,
1. Brand diketahui dan dimengerti oleh masyarakat yang menjadi cakupan bisnisnya
2. Brand harus komunikatif baik secara verbal, visual, maupun auditif. Agar unit bisnis dapat diketahui oleh masyarakat.
3. Pemeliharaan brand secara terus menerus agar terjadi keberlangsungan komunikasi antara outlet bisnis dengan masyarakat sebagai target pasarnya.
Sistem
Sistem bisnis adalah sederetan aturan, prosedur, metode, dan alur data serta proses ada dalam suatu unit bisnis. Sistem franchise yang baik akan menjamin dan menjaga reputasi brand, jadi sistem franchise harus mencakup hal-hal seperti :
1. Sarana dan fasilitas fisik
2. Sumber daya manusia
3. Proses produksi dan operasi
4. Distribusi dan delivery
5. Pemasaran
6. Administrasi dan keuangan
7. Legal, perizinan, dan kekayaan intelektual
Dukungan
Dukungan diperlukan sebagai upaya franchisor (pemberi waralaba) untuk memastikan bahwa semua franchisee dapat mengoperasikan bisnis di outlet franchisenya dengan menjalankan sistem secara benar sesuai ketentuan yang ada. Obyek-obyek yang mendukung franchise :
1. Pengadaan tenaga kerja
2. Pelatihan SDM
3. Pasokan material dan bahan baku
4. Monitoring dan analisa kerja bisnis
5. Pemasaran dan pengadaan material promosi
6. Pengembangan brand
Sebagai contoh : Burger King
Kemunculan restoran Burger King di Asia pada dekade 80-an rupanya juga merambah Indonesia. Burger King yang terkenal dengan flame-grilled beef burger-nya hanya dapat bertahan dalam beberapa waktu. Sumber yang saya dapat mengatakan bahwa Burger King hanya bertahan di tahun 1985 namun ada yang mengatakan pada tahun 90-an restoran ini masih memanjakan lidah para konsumennya.
Kendati telah memiliki pelanggan setia namun Burger King tidak dapat bertahan sehingga Indonesia tidak memiliki restoran khusus burger. Banyak dari pencinta Burger King rela ke luar negeri hanya untuk mendapatkan cita rasa yang unik dari Burger King. Cita rasa serta bentuk ukuran yang berbeda dengan restoran seperti McDonalds, Wendy’s, atau lainnya menjadikan salah satu faktor pemikat para konsumen.
Memang apabila dilihat dari segi bentuk burger, Burger King memang jauh lebih besar dan lebih tebal. McDonalds dan Wendy’s yang merupakan pesaing utama BK hingga sekarang mengalami penyusutan dalam segi ukuran produk. Entah sebagai penyesuaian terhadap proporsi orang Asia atau memang ada penyesuaian dengan kondisi ekonomi pada saat ini. Yang jelas dalam hal ukuran dan kenikmatan Burger King tidak kalah dibanding restoran yang menyajikan hidangan burger.
Ketika Burger King sempat menghilang selama beberapa tahun akhirnya pada tahun 2007 BK kembali dengan PT Sari Burger Indonesia sebagai pemegang lisensi Burger King dengan gerai pertamanya di Senayan City, Jakarta. Menurut Peter Tan (Presiden Burger King Asia Pasifik), Indonesia akan menjadi negara penting dalam perkembangan Burger King di dunia. Tidak hanya akan menambah jumlah gerai di seluruh Indonesia tetapi Burger King Indonesia juga akan meningkatkan mutu produk yang disajikan. Contohnya Whopper Sandwich yang merupakan menu klasik dari Burger King dan juga andalannya, produk ini tidak dibuat berbeda dengan yang aslinya walaupun hanya sausnya yang sedikit mengalami modifikasi. Restoran ini juga menwarkan hidangan pelengkap seperti kentang goreng dengan ukuran yang lebih tebal.
Berdasarkan penjelasan tentang masuknya franchise di Indonesia serta sedikit contoh perkembangan tentang restoran Burger King kita dapat melihat bahwa usaha dengan sistem franchise di Indonesia sangat menjanjikan walaupun dengan persaingan yang ketat terutama di era 90-an hingga era 2000-an. Semakin banyak restoran menancapkan usahanya di Indonesia semakin menambah usaha masing-masing restoran untuk memperbaiki strategi promosi produk dan menjaga kualitas produk agar bisa bertahan. Seperti halnya McDonalds dan KFC yang masih terus bertahan hingga sekarang walaupun telah mengalami perubahan yang signifikan terutama dari segi ukuran dan rasa. Kini ukuran dari produk McDonalds dan KFC dapat dikatakan menyusut dari ukuran sebelumnya. Sementara itu Burger King yang baru muncul kembali setelah hilang pada era 90-an awal tetap mempertahankan ukuran yang lebih besar dan cita rasa yang tidak jah berbeda dengan produk yang asli.
Usaha franchise ini dapat terus bertahan dengan adanya hubungan yang baik antara kedua belah pihak negara yang menyetujui. Indonesia dengan Amerika telah menjalin kerja sama yang cukup lama dan keduanya mendapat keuntungan masing-masing. Amerika mendapat keuntungan dari laba penerimaan lisensi sedangkan Indonesia juga mendapat keuntungan laba serta dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak (mengurangi pengangguran).
Namun dampak buruk dari franchise ini adalah ketersingkiran usaha lokal yang sama-sama ingin bersaing di dalam negeri. Mereka kalah dalam segi promosi bahkan dalam segi kualitas produk.
Keuntungan Sistem Franchise bagi pemilik :
- Percepatan perluasan usaha, dengan modal relatif rendah
- Efisiensi dalam meraih target pasar melalui promosi bersama
- Terbentuknya kekuatan ekonomi dalam jaringan distribusi
- Menggantikan kebutuhan personel Franchisor dengan para operator milik Franchisee (slim organization)
- Pemilik outlet bermotivasi tinggi karena menyangkut pengembalian investasi dan keuntungan usaha
Dampak positif dan negatif dari Franchising bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia antara lain:
Dampak Positif :
1. Berkurangnya tingkat pengangguran
2. Sumber pendapatan Negara
Dampak Negatif :
1. ketersingkiran usaha lokal yang sama-sama ingin bersaing di dalam negeri